> PENGANTAR Al-Fatihah dinamakan juga Ummul kitab yang berarti induk kitab atau pokok kitab, karena isinya sangat luas mencakup seluruh isi Al Qur’an[1,2]. Dinamakan juga tujuh yang diulang-ulang Sab’ul Matsaani karena selalu dibaca pada setiap rakaat shalat [6]. Tanpa al-Fatihah shalat Umat Islam dikatakan batal dan tidak sah, hal ini yang menunjukkan peran fundamental dari surat ini sebagai induk dari surat-surat selanjutnya. Pengertian-pengertian diatas merupakan pengertian umum yang diberikan kepada surat al-Fatihah karena berbagai keistimewaannya. Namun, sejauh ini pengertian di atas diungkapkan dari segi peribadahan. Untuk tinjauan risalah ini, saya mencoba menelusurinya lebih rinci dengan menyertakan konsep fisis yang sudah umum diketahui. Pada beberapa bab sebelumnya, saya sempat menyinggung sedikit informasi tentang Basmalah sebagai awal mula penciptaan. Berikut ini saya uraikan lebih rinci dari konsep dan penafsiran yang mendasarinya sampai penafsiran surat pertama sampai ketujuh dalam konteks penciptaan makhluk dan perjalanan ruhani untuk kembali menemui Allah SWT. Dengan menggunakan firman “kun fa yakuun” sebagai manifestasi kehendak Allah SWT, terungkap kaitan yang jelas antara firman “kun fa yakuun”QS 3682 dengan kalimat “Basmalah” Qs 11 yang tercantum sebagai ayat pertama dari surat al-Fatihah. Untuk menguraikan secara lebih terinci kaitan “kun fa yakuun” dengan “Basmalah” serta surat al-Fatihah secara utuh, maka kita akan meninjau surat al-Fatihah dalam konteks penciptaan semua makhluk yang merupakan Pembukaan Kitab karena merupakan surat yang pertama dalam susunan al-Qur’an. Risalah yang Anda baca sebagai Blogebook ini merupakan bagian Bab 12 dari risalah mawas diri Kun Fa Yakuun Man Arofa Nafsahu Faqod Arofa Robbahu yang terdiri dari 1432 halaman. Bagian ini telah mengalami revisi dengan revisi palibng akhir tanggal 1-9-2009. Dari Tauhid menjadi Basmalah Sebagai Pokok Tujuh Ayat Al-Fatihah Kalimat “Basmalah” menurut penafsiran Ibnu Arabi [141] dalam kitab “Tafsirul Qur’anil Karim” terdiri dari 18 huruf yang terucapkan. Sedangkan yang tertera pada tulisan berjumlah 19 huruf. Apabila kalimat-kalimat diuraikan menjadi terpisah huruf demi huruf, maka jumlah huruf yang terpisah berjumlah 22. Kendati demikian, menurut hemat saya sebenarnya terdapat huruf Alif tambahan yang dinyatakan secara simbolis yang menyertai huruf Ba dan terartikulasikan dengan Kekuasaan Al-Rahmaan ketika manusia mengatakannya dengan lidah atau ketika berbicara yaitu lafaz “Alif” dengan nilai 111. Sehingga total terdapat empat huruf Alif tersembunyi sebelum huruf Ba. Oleh karenanya kalimat Basmalah dapat menjadi 23 huruf dimana Ism Dzatiyah Allah teraktualisasikan sebagai 23 pasang kromosom manusia. Dan karena itu pula manusialah yang menjadi mediator Penampilan Tuhan. Dalam hal ini, sebagai suatu keyakinan Islam, maka Muhammad sebagai Nabi dan Rasul, hamba dan KekasihNya menjadi KEY atau KUNCI supaya penampilan Tuhan pada manusia muncul menjadi Jamal dan Jalalnya [Kemahagungan dan KemahaindahanNya]. Dari sini pula maka tugas manusia Muhammad sebagai sosok Nabi dan Rasul terakhir dengan amanah untuk menyiarkan Islam sebagai tuntunan hidup mendapat tugas untuk memaknai, mengucapkan dan mengaktualkan secara nyata kalimat Basmalah menjadi Ummul Kitab al-Qur’an maupun menjadi pedoman hidup semua manusia. Satu huruf Alif yang tertulis sebelum huruf Ba menyatakan aktualisasi dari Asma Elementer Allah yang pertama kali dikenali dengan akal pikiran dan dimaknai dengan Qolbu al-Mu’minun QM. Sehingga huruf tersebut merupakan simbol penegakan ke-Esa-an Tuhan yang kelak menjadi dasar penguraian sistem ilmu pengetahuan yang terpahami manusia sampai akhirnya simbol Penegak itu dibunyikan dengan hembusan nafas al-Rahmaan. Tiga huruf Alif yang terartikulasikan dengan “berbicara” yang tersembunyi di dalam lafaz “Bism” dalam kalimat Basmalah merepresentasikan tiga alam besar yaitu, 1. Alif Pertama mewakili Alam Ilahi Yang Haq – menurut pengertian Dzat, sehingga alam ini tidak lain adalah zona Ahadiyyah yang gaib Alif kedua adalah Sifat dan Asma yang terkonfirmasikan pertama kali sebagai Asma ar-Rahmaan dan ar-Rahiiim namun alam ini belum tercitra alam inderawi. Dalam terminologi alam jamak tasawuf disebut zona Alif ketiga adalah alam Af’al Allah yang maujud dan tercitra secara inderawi sebagai penampakkan Asma-asma dan Sifat-sifat Allah di alam inderawi atau zona Tajalli Shuhudi. Menurut pakar tafsir al-Qurtubhi w. 671 H, seperti dikutip M. Quraish Shihab dalam tafsir al-Mishbah jilid 1[6], penulisan huruf alif pada Basmalah adalah karena pertimbangan praktis semata karena kalimat ini sering ditulis dan diucapkan, sehingga untuk mempersingkat tulisan ini ia ditulis tanpa alif. Menurut penafsiran Az-Zarkasyi w. 794 H dalam kitabnya “al-Burhan” disebutkannya bahwa penulisan al-Qur’an memang mengandung rahasia-rahasia tertentu. Dalam hal menanggalkan huruf Alif pada tulisan atau kata-kata di alam al-Qur’an, az-Zarkasyi mengemukakan kaidah yang intinya adalah bahwa penanggalan huruf alif itu mengisyaratkan bahwa ada sesuatu dalam rangkaian katanya yang tidak terjangkau oleh panca indera. Dalam Basmalah, kata Allah dan ar-Rahmān tidak dapat terjangkau dengan hakikatnya. Kedua kata itu tidak dapat digunakan kecuali untuk menunjuk Tuhan Yang Maha Esa. Kata Bismi yang dirangkaikan dengan Allah dan ar-Rahmān bermaksud mengisyaratkan hal itu. Atas dasar itu pula maka penulisan kata bismi pada surah Iqra’ ditulis dengan menggunakan huruf alif, karena surah tersebut yang dikemukakan adalah yang disifati dengan Rabb/pemelihara, sedangkan pemeliharaan Tuhan sudah cukup jelas terlihat pada seluruh hamba-hamba-Nya. Rasyid Khalifah w. 1990 M berpendapat bahwa ditanggalkannya huruf alif pada Basmalah adalah agar jumlah huruf-huruf ayat ini menjadi 19 huruf, tidak duapuluh. Ini karena angka 19 mempunyai rahasia yang berkaitan dengan al-Qur’an. Menurut hemat saya, dari berbagai penafsiran mengenai makna kerahasiaan huruf Alif dalam kata bismi dalam Basmalah diatas, sebenarnya terdapat suatu hal penting yang menunjukkan bahwa kalimat Basmalah sebagai suatu kalimah pembuka dalam mengawali semua penciptaan alam nyata mengandung pengertian bahwa penciptaan atau kehidupan itu sendiri selamanya adalah atas suatu anugerah Allah semata yang mempunyai 7 Asma dan Sifat Allah, al-Hayyu, al-Qayyum, al-Iradah, al-Qudrah, ar-Rahmaan dan ar-Rahiim. Ke 7 Asma dan Sifat itu adalah maujud dari sifat Allah yang Maha Berilmu. Sifat ini secara langsung akhirnya menjadi dasar dari maujud yaitu yang diwujudkan karena Kekuasaan Allah SWT alam semesta dan isinya sebagai kontinuitas firman “Kun fa yakuun” QS 3682. Firman Kun Fa Yakuun dinyatakan setelah Ahadiyyah Dzat terkonfirmasikan dari kalimat tauhid sepuluh huruf sebagai Pertolongan Allah yaitu “Laa ilaaha illa Huwa” dalam penyaksian pra-eksistensi QS 7172 setelah “Bala…” dinyatakan oleh makhluk pertama yaitu Nur Muhammad. Karena itu, di alam lahiriah akan muncul sebagai kalimat tauhid “Laa ilaaha illaa Allah” 12 huruf Arab yang dinyatakan dan akhirnya muncul firman-Nya sebagai surat al-Ikhlas QS 1121, “Qul huwallaahu Ahad Katakanlah, “Dialah Allah Yang Maha Esa”” sebagai kalimah penciptaan pertama ketika Allah berkehendak mandiri untuk memperkenalkan eksistensi Diri-Nya. Dari penauhidan dengan al-Ikhlas [112]1 ini maka Allah dikenali sebagai Alif Lām Lām Ha, 4 huruf Arab yang menyatakan eksistensi-Nya di Ahadiyyah Dzat sebagai Yang Maha Esa. Setelah penauhidan oleh Diri-Nya Sendiri, maka Dia menetapkan as-Shamadiyyah-nya sebagai “Allaahush Shamad Allah tempat meminta” QS 1122. Sehingga segala sesuatunya aktual “jika dan hanya jika” semua makhluk bergantung hanya kepada-Nya sebagai harga mutlak ketidakterbatasan Diri-Nya sebagai Yang Maha Berkuasa. Ketika ayat ke-1 sampai ke-4 terucapkan-Nya secara penuh sebagai surat ke-112 atau al-Ikhlas maka 2 pasang Sifat-Nya maujud menjadi 4 sifat yaitu al-Hayyu & al-Qayyum dan Al-Iradah & Al-Qudrah. Jadi, di wilayah Ahadiyyah dan Shamadiyyah Diri-Nya dikenali oleh Diri-Nya sendiri aku “Mengenal Allah dengan Allah” demikian sabda Nabi SAW selanjutnya menegaskan hakikat penauhidan yang mampu dilakukan oleh makhluk terbatas. Dengan Allah sebagai Dzat yang secara langsung menyatakan keinginan dan kehendak-Nya dalam menampilkan Kekuasaan-Nya dalam penciptaan makhluk sebagai suatu proses, maka Allah menganugerahkan pengetahuan-Nya kepada manusia secara khusus, dan semua makhluk secara umum, dalam batasan potensinya masing-masing untuk mengenal-Nya, dan bertasbih memuja dan memuji-Nya yang dinyatakan dalam QS 591 dan QS 571-7.“Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi telah bertasbih kepada Allah. Dan Dialah Maha Perkasa lagi Bijaksana. Kepunyaan-Nya lah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Lahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa; Kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. Kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi. Dan kepada Allah-lah dikembalikan segala urusan. Dialah yang memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam. Dan Dia Maha Mengetahui segala isi hati. Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan sebagian dari hartanya memperoleh pahala yang besar. QS 571-7 Dari Sebuah Titik Menjadi Lingkaran Penciptaan setelah cetusan “kun fa yakuun“ dapat digambarkan sebagai pecahnya simetri kekekalan Allah untuk memperkenalkan diri-Nya dengan cara menciptakan makhluk yang menjadi citra kesempurnaan-Nya. Maujud dari al-Iradah dan al-Qudrah, hanya dipenuhi oleh bentuk titik yang berproses sebagai awal kemudian menjadi lingkaran. Bentuk demikianpun sejatinya dimaksudkan Allah untuk manusia yang mampu menggali dan memahami ilmu pengetahuan-Nya. Maksud saya, jangan beranggapan bahwa bentuk demikianlah yang hanya dimiliki oleh Allah SWT sebagai Maha Pencipta. Tidak, bukan itu maksudnya, tetapi bentuk titik yang menjadi lingkaran adalah bentuk atau format pengetahuan mendasar yang dipilihkan oleh-Nya untuk manusia yang berkecerdasan terbatas. Dan dengan demikian juga maka semua penciptaan akan didasarkan prinsip keterbatasan ini yang difirmankan Allah sebagai “sesuai dengan ukuran atau kadar”, “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran QS 5449, 1521”. Hal ini akan mempengaruhi semua bentuk makhluk selanjutnya dan kita kenal kemudian sebagai kuantifikasi. Di alam semesta kita ini, bentuk titik menjadi lingkaran itulah yang telah dipilihkan-Nya karena mewakili Asma-asma dan Sifat-sifat-Nya yang terpahami oleh akal pikiran manusia. Artinya, dalam bentuk fundamental ini, baik mikro dan makro, awal dan akhir akan menutup kedirinya sendiri, artinya semuanya dari Pencipta dan akan kembali kepada Pencipta pula akhirnya. Hal ini juga menetapkan makna bahwa antara yang lahir dan yang batin seperti ditegaskan QS 573 tidak lain adalah Pencipta juga. Namun, untuk bertemunya titik awal dan akhir, yang lahir dan yang bathin, manusia sebagai makhluk yang berada dalam wadah penciptaan yang terbatas, harus mampu menyingkapkan hakikat eksoterisnya langkah-demi langkah dengan mempelajari yang terletak diantara keduanya yakni alam semesta dan dirinya sendiri manusia sebagai makhluk berakal danmampu memaknai AdaNya sebelum semua makhluk mengucapkan “ada” sebagai 141 huruf. Lantas manusia harus merubuhkan hambatan psikologisnya yaitu realitasnya sebagai makhluk fisikal yang sebenarnya adalah penjaranya atau Penjara Ghairil. by.
SurahAl-Fatihah (Arab: الفاتح , al-Fātihah, "Pembukaan") adalah surah pertama dalam al-Qur'an.Surah ini diturunkan di Mekah dan terdiri dari 7 ayat. Al-Fatihah merupakan surah yang pertama-tama diturunkan dengan lengkap di antara surah-surah yang ada dalam Al-Qur'an.Surah ini disebut Al-Fatihah (Pembukaan), karena dengan surah inilah dibuka dan dimulainya Al-Quran. Surah al-Fatihah is a special letter of 114 letters in the Qur'an. This privilege has placed it as a letter that was recited in a number of times and became part of the pillars of prayer. In the sunglasses of tasawauf, al-Fatihah which is believed by one verse, namely Iyyaka Na`budu wa Iyyaka Nasta`in is the key in the straightness of a servant's faith to only Allah SWT, and plead with Him. The application in Sufism is the closeness of a servant to Allah who is intimately intertwined, thus creating a deep sense of love. The love of a servant to Allah SWT, has placed himself in the ability of himself to answer various problems and solve problems in his life. The above study is a study that is rarely achieved and owned by the servants of Allah, so that the Fatihah does not color his life in facing problems and problems. Therefore, discussing the nature of surat al-Fatihah as a key in creating a servant's closeness in worshiping Allah Almighty to be able to face life's problems and be able to realize happiness in the world and in the hereafter. Happiness is achieved by requiring our Islamic through intact in worshiping God Almighty, as God Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Volume 4 No. 1, Juni 2019P ISSN 2442-594X E ISSN 2579-5708 At-Tibyan Volome 4 No. 1, Juni 2019HAKEKAT TAFSIR SURAT AL-FATIHAHPemahaman Hakikat Ibadah Kepada Allah Swt Dalam Menghadapi PersoalanKehidupanThe Prosperity Of Al-Fatihah Letters Understanding the Nature of Worship to GodAlmighty in Facing Life ProblemsSafria AndyDosen Tetap Fakultas Ushuluddin dan Studi Islam al-Fatihah is a special letter of 114 letters in the Qur'an. This privilegehas placed it as a letter that was recited in a number of times and became partof the pillars of prayer. In the sunglasses of tasawauf, al-Fatihah which isbelieved by one verse, namelyIyyaka Na`budu wa Iyyaka Nasta`inis the key inthe straightness of a servant's faith to only Allah SWT, and plead with application in Sufism is the closeness of a servant to Allah who isintimately intertwined, thus creating a deep sense of love. The love of aservant to Allah SWT, has placed himself in the ability of himself to answervarious problems and solve problems in his life. The above study is a studythat is rarely achieved and owned by the servants of Allah, so that the Fatihahdoes not color his life in facing problems and problems. Therefore, discussingthe nature of surat al-Fatihah as a key in creating a servant's closeness inworshiping Allah Almighty to be able to face life's problems and be able torealize happiness in the world and in the hereafter. Happiness is achieved byrequiring our Islamic through intact in worshiping God Almighty, as Al-Fatiha, Nature, Worship, World Happiness and the al-Fatihah merupakan surat yang istimewa dari 114 surat dalamAlquran. Keistimewaan tersebut telah menempatkannya sebagai surat yangdibacakan dalam berulanag-ulang dan menjadi bagian dari rukun kacamata tasawauf, al-Fatihah yang diimami oleh satu ayat, yaituIyyaka Na`budu wa Iyyaka Nasta`inmerupakan kunci dalam kelurusankeimanan seorang hamba untuk hanya menuhankan Allah Swt., dan memohonkepada-Nya. Permohonan dalam tasawuf adalah kedekatan seorang hamba Hakekat Tafsir Surat Al-Fatihah... – Safria Andy 79Jurnal At-Tibyan Volume 4 No. 1, Juni 2019kepada Allah Swt yang terjalin dengan erat, sehingga menciptakan rasa cintayang seorang hamba kepada Allah Swt., telahmenempatkan dirinya kepada kemampuan diri dalam menjawab berbagaipersoalan dan menyelesaikan permasalahan hidupnya. Kajian di atas yangmerupakan kajian yang jarang dicapai dan dimiliki oleh para hamba AllahSwt., sehingga al-Fatihah tersebut tidak mewarnai kehidupannya dalammenghadapai persoalan dan permasalahan. Oleh karena itu, melakukanpembahasan kajian hakekat surat al-Fatihah sebagai kunci dalam menciptakankedekatan diri seorang hamba dalam beribadah kepada Allah Swt untu mampumenghadapi persoalan kehidupan dan akan mampu mewujudkan kebahagiaandi dunia dan di tercapai dengan mengutuhkan keislamankita melalui penerpan secara utuh dalam menuhankan Allah Swt., Kunci Al-Fatihah, Hakekat, Ibadah, Kebahagiaan Dunia dan seorang hamba dalam melaksanakan wujud peribadatannya selalumemiliki kebimbangan dalam menerima hakikat dari ibadah yang dilakukannya,sehingga ibadahnya belum mampu menjawab segala persoalan ibadah tersebut telah memberikan kedamaian ibadah tersebut telah memberikan kemudahan di dalammenghadapi segala persoalan dan permasalahan dalam kehidupannya. Oleh karena itu,tulisan ini akan mencoba menelusuri jawaban dari pertanyaan di atas melalui kupasankajian surat al-Fatihah yang dikaji dari ibadah sejatinya adalah tujuan dari ibadah yang dikerjakannya, yaitumenjadikan Allah sebagai satu-satunya sosok yang dituhankan dan sosok yang adalah salah satu surat dari 114 surat yang ada di dalamAlquran. Sebagian ulama dalam Tafsir Ibn Katsir mengungkapkan bahwa al-Fatihahmerupakan surat yang memiliki kandungan makna yang mampu membimbing hambaAllah Swt., untuk menemui predikat dirinya sebagai hamba sejati dari Allah Swt., yangMahasuci. Yahya bin Abi Katsir1menamainya denganal-Kafiyahyang mencukupiberdasarakan keterangan dalam beberapa haditsmursalyang menyatakan, “UmmulQur’ansebagai pengganti dari selain nama-nama al-Fatihah. Selain nama-nama al-Fatihah itu, tidak ada lagi nama sebagai penggantinya.”Oleh karena itu, dari pernyataan dua alinea di atas memberikan inspirasi kepadapenulis untuk membahas, Pandangan Ahli Tafsir tentang pengertian Surat al-Fatihah,Hakekat Keutamaannya, Tafsir Surat al-Fatihah, dan Analisa Isi kandungan al-Fatihahsebagai Kunci Seorang Hamba dalam Menghadapi Persoalan Kehidupan dengankedekatan diri Kepada Allah Swt; Kemudahan dalam Mencapai Kedamaian Hidup1Muhammad Nasib ar-Rifa’i,Ringkasan Tafsir IBNU KATSIR Surah al-Fatihah- an-Nisaa, Jilid1, terj. Syihabuddin, Jakarta Gema Insani, 2012, Cet. Pertama, h. 44. 80 Hakekat Tafsir Surat Al-Fatihah..... – Safria AndyJurnal At-Tibyan Volume 4 No. 1, Juni 2019dengan Kemudahan dalam Menghadapi Berbagai Persoalan dan Permasalahan. Semoganiat dan tujuan penulisan tulisan ini diberkati Allah Swt. Ahli Tafsir tentangPengertian Surat al-FatihahSurat al-Fatihah adalah surat pertama yang tercantum di dalam Alquran. Al-Fatihah juga merupakan surat yang digunakan dalam setiap sholat baik wajib maupunsunnat. Secara umum juga dipahami bahwa al-Fatihah adalah induknya Alquran,dengan bahasa lain disebutUmmul Qur’an. Untuk menguatkan pemahaman tentangsurat al-Fatihah, dapat dilihat bagaimana pandangan ahli tafsir yaitu pandanganseorang yang ahli dalam menafsirkan surat dan ayat yang akan membahas tentangpengertian surat KatsirAl-Fatihah dinamaiFatihatul- Kitabkarena merupakan pembuka tulisan surah tersebut juga disertakan wajib dalam setiap sholat saatdimulainya. Al-Fatihah memiliki nama lain. Nama-namanya berupaUmmul-KitabdanUmmul-Qur’an, karena ia memiliki makna-makna kandungan Alquran yang berkiblatkepada al-Fatihah. Disebut juga nama lainnya dengan sebutanas-Sab`ul-MatsanidanAlquranul-`Azhim. Pernyataan tersebut telah dijelaskan di dalam hadits sahih yangdiriwayatkan dan disahihkan oleh Tirmizi dari Abu Hurairah, yang isinya,“Segala pujibagi Allah Tuhan Semesta Alam… adalah Ummul-Kitab, Sab`ul-Matsani, danAlquranul `Azhim.”2Nama lain dari al-Fatihah adalahal-Hamdudanas-Shalat, karena NabiMuhammad Saw., pernah menyatakan dalam sabdanya dari Allah Swt., yang isinya,“Shalat dibagi dua antara Aku dan Hamba-Ku. Apabila hamba-Ku mengatakan,Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam,’ maka Allah berfirman,’Hamba-Kumemuji-Ku.”Disebutas-Shalat, karena al-Fatihah merupakan bagian dari rukun juga disebut denganasy-Syifa, karena ia dapat menyembuhkan dari segalaracun. Hal tersebut telah disampaikan oleh ad-Darimi dari Abu Said berupa hadits yangdiriwayatkan secaramarfu`dan disebut juga dengan sebutanar-Ruqyah, tersebut diriwayatkan oleh Abu Said yang laindari tujuan pelaksanaan shalat adalah untuk memuji Allah Swt., sehingga hamba-Nyaterselamatkan dari godaan syaithan yang memberlakukan fasilitas dunia sebagaialatnya. Oleh karena itu, surat al-Fatihah menjadi bagian dari rukun shalat. Lebih jelaslagi kajian utama yang menjadi surat al-Fatihah merupakan bagian dari shalat tertera didalam ayat yang berbunyiIyyaka Na`budu wa Iyyaka Nasta`indan akan dijelaskandalam analisa pandangan tafsir tentang tafsir surat Muhammad Nasib ar-Rifa`I,Ringkasan.., h. 444Menurut hemat Penulis Hakekat Tafsir Surat Al-Fatihah... – Safria Andy 81Jurnal At-Tibyan Volume 4 No. 1, Juni 2019Al-Fatihah juga disebut denganAsasul-Qura’an, telah dijelaskan oleh asy-Sya`bidari Ibnu Abbas bahwa, “Dasar al-Fatihah adalahbismillahir-rahmanir-rahim5.”Yahyabin Abi Katsir menamainya denganal-Kafiyahyang mencukupi berdasarakanketerangan dalam beberapa hadits mursal yang menyatakan, “Ummul Qur’ansebagaipengganti dari selain nama-nama al-Fatihah. Selain nama-nama al-Fatihah tersebut,tidak ada lagi nama sebagai penggantinya.”6Kajian Yahya di atas insya Allah akandijelaskandibahasan berikutnya dalam analisa di antaranya, sebagai perwakilan maknadari seluruh surat di dalam Alquran yang diwakili oleh ayatIyyaka Na`budu wa IyyakaNasta`in. hal tersebut akan menjadi inti utama dari inti wujud beribadah seorang hambakepada Allah Al-AzharA-l-Fatihah artinya pembukaan. Surah ini pun dinamaiFathatul-Kitab,yangberarti pembukaan kitab, karena Alquran dimulai dengan surat al-Fatihah. Surattersebut mulai ditulis di dalamMushafAlquran walaupun surat tersebut bukan suratatau ayat pertama yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad Saw. Namanyatelah masyhur dari masa diturunkan di suatu riwayat dari Abu Syaibah di dalamal-Mushanafdan Abu Nu`aimdan al-Baihaqi di dalamDalailun- Nubuwwah, dan hadits Amer bin Syurahbil bahwasetelah Rasulullah saw, mengeluhkan pengalamannya di dalam gua itu setelahmenerima wahyu pertama, kepada Khadijah kepada Waraqah. Maka, beliau ceritakankepadanya bahwa apabila dia telah memencil seorang diri, didengarnya suara daribelakangnya,“Ya, Muhammad, ya Muhammad, ya Muhammad! Mendengar suara itu,akupun lari.”Maka, berkatalah Waraqah, “ Jangan engkau berbuat begitu, tetapi jikaengkau dengar suara itu, tetap tenanglah engkau, sehingga dapat engkau dengar apalanjutan perkataannya itu.” Selanjutnya, Rasulullah saw, berkata,“Maka dating lagidia dan terdengar lagi suara itu, ya Muhammad!Katakanlah, Bismillahir-rahmanir-rahim, alhamdulillahi Rabbil Alamin.’Hingga sampai kepada waladh-dhaalin.”Demikian hadits penulis dari paparan kajian Hamka di atas menyatakan bahwa suratal-Fatihah di saat setelah menerima wahyu pertama merupakan surat yang juga telahturun di masa tersebut dan layak diletakkan di pembukaan Alquran alias berada disurat pertama dalam 114 surat JalalainSurat Al-Fatihah diturunkan di Mekkah; jumlah ayatnya ada tujuh berikutbasmallah, menurut pendapat yang menganggapnya sebagai salah satu ayat5Penulis menerjemahkannya bahwa setiap perbuatan seorang hamba harus didasari oleh karenaAllah Swt., yang memiliki Segala Kasih dan Segala Sayang-Nya, sehingga seluruh persoalan danpermasalahan yang dihadapi akan mudah dijawab dan Muhammad Nasib ar-Rifa`I,Ringkasan..., h. 447Lihat., Hamka,Tafsir Al-Azhar, Jilid. 1 Jakarta Gema Insani, 2015, cet. Pertama, h. Jilid. 1. h. 57-58 82 Hakekat Tafsir Surat Al-Fatihah..... – Safria AndyJurnal At-Tibyan Volume 4 No. 1, Juni 2019daripadanya, sedangkan ayat yang ketujuh menurutnya ialah mulai darisiratal lazinasampai dengan akhir surat. Jika basmalah dianggap bukan sebagai salah satu ayat darial-Fatihah, maka ayat ketujuhnya ialah mulai darigairil magdubisampai dengan anggapan di atas, maka sebelum ayat yang ketujuh diperkirakanadanya kalimatqulu, supaya ayat yang ketujuh tersebut maknanya sejalan dengan ayat-ayat sebelum ayatIyyaka Na`budu, yang kesemuanya dianggap sebagai doa dari hamba-hamba Allah di atas menjelaskan bahwa surat al-Fatihah diawali denganbasmallahyang menjadi bagian hitungan bilangan ayat dan ditutup dengan ayat ketujuhsirathal-ladzina..sampai akhir KeutamaannyaImam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata, “RasulullahSaw., menemui Ubai bin Ka`ab, namun ia sedang shalat. Rasul berkata,HaiUbai!’Maka Ubai melirik, namun tidak berkata,Hai Ubai.’Lalu Ubaimempercepat shalatnya, kemudian beranjak menemui Rasulullah saw, sambil berkata,Assalamu’alika, ya Rasulullah.’Rasul menjawab,Wa`alikassalam. Hai Ubai, mengapakamu tidak menjawab ketika kupanggil?’Ubai menjawab, Wahai Rasulullah,sesungguhnya aku sedang shalat.’Nabi bersabda,Apakah kamu tidak menemukandalam ayat yang diwahyukan Allah ta`ala kepadaku yang menyatakan.Penuhilah seruanAllah dan seruan Rasul apabila Rasul meneyeru kamu kepada sesuatu yang memberikehidupan kepadamu.” al-Anfal 24.12 Rasul bersabda,Sukakah kamu bila kuajarisebuah surah yang tidak diturunkan surat lain yang serupa dengannya di dalam Taurat,Injil, Zabur, dan al-Furqan?’Ubai menjawab, Saya suka, wahai Rasulullah.’Beliaubertanya,Ap yang kamu baca dalam shalat?’Ubai berkata, Maka aku membacakanUmmul-Qur’an kepada beliau.’Beliau bersabda,Demi yang jiwaku dalam genggaman-Nya, Allah tidak menurunkan surah yang setara dengan itu baik dalam Taurat, Injil,Zabur, maupun merupakan tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang.’”13Dari kajian di atas dapat dilihat bahwa keutamaan surat al-Fatihah adalah suratyang tidak tercantum dalam kitab Allah lain pun kecuali dalam Alquran. Surat yangdidasarkan yang dibacakan secaraberulang-ulang sab`ul-Matsani dan surat yang dijadikan sebagai salah satu rukundalam shalat yang dijelaskan sebelumnya surat yang dibacakan dengan yang paling menarik menurut penulis keistimewaan surat tersebut adalah suratyang dinamai dengan suratal-hamdu, yaitu surat yang terjadi saling memuji antarahamba Allah dengan Allah Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin as-Suyuti,Tafsir Jalalain, terj. BahrunAbu Bakar, Bandung Sinar Baru Algensindo, 2010, cet. Kedelapan, h. Imam Jalaluddin al-Mahalli………, Jilid. 1. h. Naseb ar-Rifa`I,Ringkasan………., Jilid. 1, h. 4412Muhammad Naseb……., h. 4413Muhammad Naseb……….., h. 44 Hakekat Tafsir Surat Al-Fatihah... – Safria Andy 83Jurnal At-Tibyan Volume 4 No. 1, Juni 2019Hamba Allah Swt., yang paling pandai memuji kepada Allah Swt., adalah NabiMuhammad Saw., dan terlihat dari nama beliau terdapat di dalam ayat yang terteradalam surat al-Fatihah, yaitu kataal-hamdu, yang berderivasi darihamida-yahmadu-muhammadun. Kajian tersebut penulis beranikan sebagai korelasi dari surat al-Anfalayat 24, yang berisi tentang memenuhi seruan Allah Swt., dan Rasulullah Saw., yangmenjadi alasan bagi Ubai bin Ka`ab untuk memutuskan shalatnya demi memenuhiseruan atau panggilan Rasulullah dan menggantikannya setelah pemenuhan keutamaan dan keistimewaan surat al-Fatihah, sehingga menjadi bagianyang utama untuk dipegang, diamalkan dan diimplementasikan setiap kegiatan padakehidupan seorang hamba. Kupasan tersebut akan dijelaskan di dalam analisa yangakan penulis lakukan di sub kajian berikutnya setelah pemaparan tafsir surat al-Fatihahsecara Surat al-Fatihah dan AnalisanyaDalam kajian tafsir surat al-Fatihah pada tulisan ini, akan bersinggungandengan kajian tasawuf. Kajian tasawuf di antaranya mengupas tentang hakikat, sebabkajian tersebut mengedepan akhirat daripada yang dilakukan adalahmembangun akhlak yang mulia. Kemuliaan akhlak seorang hamba dibangun olehkedekatannya kepada Allah Swt. Dengan melihat hakikat surat al-Fatihah, maka akanmembangun kedekatan diri seorang hamba kepada Allah Swt., dalam beribadah danmewujudkan akhlak yang mulia. Kandungan inti dalam surat al-Fatihah menurut hematpenulis adalah professionalitas15 dan propossionalitas16 dalam pemahaman kalimatIyyaka Na`budu wa Iyyaka Nasta`in, artinya seorang hamba hanya memahami bahwatidak ada tempat menyembah dan memohon pertolongan kecuali kepada Allah tersebut akan mengantarkan seorang hamba untuk berakhlak yang mulia, sebabfasilitas dunia tidak mampu menggoyahkan kedekatan dirinya dengan Allah lebih jelasnya, akan dipaparkan pada kupasan tentang per-ayat dari surat tersebut juga dapat diimplementasikan saat ini saat orang tua yang sudah sepuh terutamadan sakit- sakitan kita memanggil kita selagi shalat dan memutuskannya, untuk memenuhi panggilantersebut. Kajian ini terinspirasi dengan ijin Allah melalui pemahaman tafsir dari awal surat al-Isra ayat23; bahwa Allah telah menentukan kepada kita untuk tidak menyembah tuhan lain selain diri-Nya dankepada orang tua-mu , maka berbuat baiklah. Mengedepankan panggilannya karena Allah adalah bagiandari firman Allah dan pembelajaran dari hal yang menyebabkan mengedepankanpanggilan orang tua dari sholat adalah pertama, untuk tidak menyakiti perasaannya bila mereka tidaktahu bila kita sedang shalat. Kedua, untuk tidak mencelakakan mereka di kala mereka sudah sepuh, sakitdan susuah berjalan sehingga bila tidak kita dahului panggilan mereka akan terjadi sesuatu yang tidakkita inginkan dan telah melakukan keburukan bagi orang tua. Keburukan tersebut bertentangan denganperintah Allah dalam surat al-Isra ayat 23 dan sabda Rasulullah untuk melakukan kebaikan kepada Ibu,Ibu, Ibu dan Bapak kita. Wa Allahu A` pemhamannya tentang surat al-Fatihah dalam kehidupan pemahaman tersebut dalam pengimplementasian prilaku seorang hamba dalamkehidupan sehari-hari. 84 Hakekat Tafsir Surat Al-Fatihah..... – Safria AndyJurnal At-Tibyan Volume 4 No. 1, Juni 2019Bismillahir-rahmanir-rahimSyekh Muhammad Abduh menyatakan tentang surat al-Fatihah dalamtafsirnya, bahwa Alquran adalah imam dan ikutan kita, maka Alquran dimulai dengankalimat ata ayatbismillāhir-rahmānir-rahīm, pernyataan tersebut merupakan satupetunjuk bagi kita agar sekalian amalan kita dimulai dengan ayat tersebut,karenamenurut kebiasaan pada bangsa Arab, apabila hendak mengerjakan sesuatu pekerjaanyang diperintahkan oleh seorang raja ataupun pembesar, maka sewaktu melakukanpekerjaan, ia berkata “saya kerjakan pekerjaan ini dengan nama Raja atau pembesarPolan.” Jadi maknabismillāhir-rahmānir-rahīm“Saya mulai mengerjakan pekerjaan inidengan nama Allah”, ataupun “Saya mulai pekerjaan ini berlepas dari pengakuanbahwa ada dengan nama saya sendiri, hanya semata-mata dengan nama Allah, karenaadalah saya semata-mata meminta bantuan dan pertolongan dari pada-Nya danmengharap anugrah-Nya. Jika tidak karena itu, tentu saja tak kuasa mengerjakannyaataupun saya tidak kerjakan”.17Maknabismillāhir-rahmānir-rahīmyang ada pada al-Fatihah “Bahwasanyasekalian hukum-hukum, ayat-ayat dan lain-lain yang sudah ditetapkan pada Alquran,semuanya bagi Allah Swt., dan dari pada-Nya. Allah nama Tuhan yang disembahdengan sebesar-besarnya dan lafaz Allah, sudah khusus dalam bahasa Arab tertentupada Tuhan yang menjadikan langit dan bumi, Tuhan semesta ialahsifat Allah yang berarti menganugrahkan nikmat yang sifatAllah yang berarti menganugrahkan nikmat yang halus-halus. Menurut Abduh, antarakeduanya memiliki perbedaan yang amat besar. Menurut bahasa Arab, tiap-tiapkalimat sepertial-Rahmāndanal-Rahīmadalah menunjukkan sifat yang itu, maknaal-Rahmānadalah melimpahkan nikmat dan bahwa rahmat Allah itu adalah sifat yang tetap dan Allah merupakan nama untukRabb. Dikatakan bahwa Allah adalahal-Ismul-a’zhamnama yang paling agung, karena nama itu menyandang segala macamsifat. Sebagaimana firman Allah “huwallāhulladzīlāilāha illa hu ālimulghaibiwassyahādah huwarrahmānurrahīm.”19Dengan demikian, semua nama-nama yang baiktelah menjadi sifat-Nya. Dalam kitab shahih al-Bukhari dan Muslim diriwayatkan dariAbu Hurairah ra., bahwa Rasulullah Saw., telah bersabda “inna lillāhi tis’atan watis’iināisman, mi`atan illa wāhidan man ahshoha dakhalaljannah.”Nama Allah merupakan nama yang tidak diberikan kepada siapa pun selain diri-Nya, yang Mahasuci dan Mahatinggi. Oleh karena itu, dalam bahasa Arab tidakdiketahui dari kata apa nama-Nya itu berasal. Di antara para ahli nahwu ada yangmenyatakan bahwa nama itu Allah adalahismun jamīd,yaitu nama yang tidakmempunyai kata dasar. Al-Khalil dan Sibawaih diriwayatkan bahwa “Alif” dan “lam”17Lihat, Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh Pentahqiq/Peneliti,Tafsir Ibn Katsir,Jild. I, terj.Bogor Pustaka Imam Asy-Syafi’I, 2004, cet. V,h. 42-4318 LihatIbid.,h. al-Hasyr 22. Hakekat Tafsir Surat Al-Fatihah... – Safria Andy 85Jurnal At-Tibyan Volume 4 No. 1, Juni 2019dalam kata “Allah” merupakan suatu yang lazim tak terpisahkan. Al-Khaththabimengatakan “Tidakkah anda menyadari bahwa anda dapat menyerukan “Ya Allah”dan tidak dapat menyerukan “Ya al-Rahmān”. Kalau kata “Allah” bukan kata yangmasih asli, maka tidak boleh memasukkan hurufnida’seruan terhadap “alif” dan“lam”. Ada juga yang berpendapat bahwa kata Allah memiliki kata dasar. Adapunnamaal-Rahmāndanal-Rahīm. Al-Qurthubi mengatakan, dalil yang menunjukkanbahwa nama ini Musytaq20 adalah hadis riwayat at-Tarmidzi, dari Abdurrahman binAuf ra., bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw., bersabda “Qālallāhu ta’āla anāal-Rahmān khalaqturrahīma wasyaqaqtu lahāisman min ismīfaman washolahawasholtuhu waman qatho’aha qatha’tuhu”“Allah Ta’ala berfirmanAku adalah al-Rahmān, Aku telah menciptakan rahim rahim-kerabat. Aku telah menjadikanuntuknya nama dari nama-Ku. Barangsipa yang menyambungnya, maka Aku akanmenyambungnya. Barangsiapa yang memutuskannya maka Aku pun Ali al-Farisi mengatakan “Al-Rahmānmerupakan nama yang bersifatumum meliputi segala macam bentuk rahmat, nama yang dikhususkan bagi AllahAzza wajallasemata. Sedangkanal-Rahīm, memberikan kasih sayang hanya kepadaorang-orang yang beriman.” Berkenaan dengan hal tersebut, Allah Swt., berfirman“wakāna bilmu`minīna rahīman”“Dan Dia- yang yang Mahapenyayang kepada orang-orang yang beriman.”22 Adapun Ibnu al-Mubarrak mengatakan “Al-Rahmanyaitu jikadimintai, maka Dia akan memberi, sedangkanal-Rahimyaitu, jika permohonan tidakdiajukan kepada-Nya, maka Dia akan murka. Sebagaimana dalam hadis riwayat at-Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abu Shalih al-Farisi al-Khuzi, dari Abu Hurairah ra.,,bahwa Rasulullah Saw., bersabda “man lam yas`alillaha yaghdhob alaihi”23Namaal-Rahmānhanya ditujukan kepada Allah semata dan tidak diberikankepada selain Allah berfirman dalam QS. Al-Isrā110. Olehkarena itu, Musailamah al-Kadzdzāb menyebut dirinya dengan sebutanRahmān al-Yamamah, maka Allah-pun memakaikannya pakaian kebohongan dan membongkarnya,sehingga ia tidak di panggil melainkan dengan sebutan Musailamah si Allah tidak pernah menyebutkan kata tersebut kecuali kepada firman Allah dalam QS. At-Taubah 128. Dapat disimpulkan bahwadi antara nama-nama Allah ada yang disebutkan untuk selain diri-Nya dan ada pulayang tidak disebutkan untuk selain diri-Nya, misalnya nama Allah,al-Rahman, al-Khaliq, al-Razzaq. Oleh karena itu, Ia memulai dengan nama Allah dan menyifati-Nyadenganal-Rahman, karenaal-Rahmanlebih khusus menempatkan Allah Swt dalam kehidupan seorang hamba di setiapaktivitas hidupnya dan memperoleh kasih sayang-Nya akan memberikan kemudahan-20Musytaq/isim kata benda yang terbentuk dari fi’ilnya kata kerjanya. Contoh minsyarungergaji berasal dari nasyara-yansyaru menggergaji21Lihat, Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh Pentahqiq/Peneliti,Tafsir Ibn Katsir,Jild. I, terj.Bogor Pustaka Imam Asy-Syafi’I, 2004, cet. V,h. al-Ahzab 4323Lihat,Ibid.,h. 22 86 Hakekat Tafsir Surat Al-Fatihah..... – Safria AndyJurnal At-Tibyan Volume 4 No. 1, Juni 2019kemudahan dalam menghadapi segala rintangan dan menempatkannya kepadapemahaman tentang arti kebenaran, yaitu bahwa semua milik Allah Swt., dan kembalikepada-Nya. Pemahaman kebenaran tersebut pada diri seorang hamba akanmelancarkan segala urusan yang dilakukannya dan memberikan keyakinan yang tinggiyang senantiasa didukung oleh Allah makna yang khusus bagi seorang hambadan tidak bisa untuk diwakilkan, artinya masing masing seorang hamba harusmenempatkan kalimat tersebut dalam dirinya secara khusus sehingga mampumemberikan nilai yang dapat mengarahkan mereka kepada jalan yang lurus dan hasilyang disebabkan ke-dalaman ikatan seorang hambadengan Allah Swt. Kedekatan tersebut hadir dari ikatan yang terjalin antara yang terjalin antara seorang hamba dengan Allah Swt., telah melahirkan sebuahkeyakinan dan keyakinan itu sendiri akan berkembang pesat saat memasukipemahamanIyyāka na`budūwaiiyyāka nasta`īnyang akan dibahas pada kajian di ayatbismillāhir-rahmānir-rahīmmampu mengarahkan seorang hambakepada kejelasan sikap dan perbuatan yang bernilai di dalam mengarungi segalaaktivitas kehidupan seorang hamba. Kalimat tersebut telah memberikan kejelasanbaginya di dalam melaksanakan tugas kesehariannya di dunia adalah untuk Allah tugas yang diniatkan hanya kepada-Nya, telah mengantarkan seoranghamba untuk siap menerima kenyataan yang ada dihadapannya baik yang manismaupun yang pahit. Kenyataan tersebut ditemani oleh keberadaan Allah Swt., sebagaiTuhannya yang Mahapengasih lagi Mahapenyayang yang diberadakan oleh seoranghamba pada setiap kegiatannya tanpa ada yang lain selain hamba akan menyeleksi apa yang dilakukannya apakah memilikiketerkaitan dengan apa yang dianjurkan oleh Allah Swt. Apabila apa-apa yangdilakukannya memiliki keterkaitan maka didudukkannya dengan kecintaan seoranghamba kepada Allah Swt., dan apabila tidak memiliki keterkaitan maka ia akanberhenti atau tidak melakukannya. Adapun masalah menerima kenyataan setiap yangdilakukan oleh seorang hamba denganbismillāhir-rahmānir-rahīmadalah karena niatyang dituju dalam setiap pelaksanaan kegiatannya hanya kepada dan untuk Allah Swt.,sehingga hasil yang manis tetap dihadapi dengan pemujiaan kepada-Nya semata danyang pahit pun turut dikalahkan dengn pujian itu sendiri, sehingga tidak memberikandampak negative bagi seorang di atas yang akan dipahami oleh seorang hamba sebagai upaya perwujudankeyakinannya kepada Allah Swt., di dalam mengerjakan segala tersebut akan terlihat nyata saat seorang hamba menerimahasil dari pekerjaannya yang dilakukan denganbismillāhir-rahmānir-rahīm, sehinggakeluar kata pujian dari mulut seorang hamba yang ditujukan kepada Allah Swt. Katapujian tersebut menjadi hakikat dari kebenaran itu yang menjelaskan kepada praktekseorang hamba bahwa saat ia bahagia ia senantiasa bersyukur dan tidak sombong dandi saat derita ia tahu bersabar serta tidak berputus asa. Nilai tasawuf dalam kandungan Hakekat Tafsir Surat Al-Fatihah... – Safria Andy 87Jurnal At-Tibyan Volume 4 No. 1, Juni 2019bismillāhir-rahmānir-rahīmakan hadir dalam diri seorang hamba dari pemahamanmaknaalhamdulillāhi-rabbil-ālamīnyang dimiliki seorang hamba setelah melewatipemahaman kalimatbismillāhir-rahmanir-rahīmadalah suatu kalimat yang dapatmenghubungkan seorang hamba dengan Allah Swt., di dalam melakukan segala halmelalui niat yang hanya karena Allah Swt. Banyak perjalanan yang dikerjakan seoranghamba dan segala harapan tujuan yang diinginkan hanya bergantung hanya karenaAllah Swt. Niat tersebut akan memelihara langkah hamba dalam melakukan perkataandan perbuatan. Dengan niat tersebut, mampu memproteksi segala permasalahan yangmuncul disebabkan keyakinannnya dalam melakukan segala hal. Semuanya merupakanbukti akan cinta seorang hamba hanya kepada Allah Swt. Apapun, dan bagaimanapunbentuk permasalahan yang dihadapi seorang hamba, ia akan selalu menghadapinyadengan penuh pengorbanan. Cinta butuh pengorbanan, dan pengorbanan adalah rasanikmat dalam bercinta. Dengan nama Allah Swt., yang memiliki sifat Pengasih danPenyayang akan menghilangkan segala rasa yang menghambat seorang hamba di dalamberbuat. Rasa tersebut merupakan sesuatu yang dicita-citakan seorang hambasebagaimana seorang pekerja keras yang tidak memperdulikan kesusahannya karenagaji yang menjadi tujuan utamanya dan kenyataan tersebut sebagai bukti rasakenikmatannya dalam di antara para pekerja yang selalu berkata “Sayasiap untuk menerima berbagai tantangan demi kenikmatan diakhirnya.”Bismillāhir-rahmānir-rahīmadalah bagian utama seorang hamba dalammelangkahkan niatnya di dalam melakukan segala perbuatan. Niat tersebut akanmembuat segala perbuatannya terasa indah meskipun tidak indah dalam pandanganlahiriah. Niat tersebut juga menjadi kemudahan bagi seorang hamba dalammengerjakan sesuatu, yaitu perbuatan yang terlihat mudah dan susah dalam kacamatalahiriah akan terlihat sama dan mudah dan nikmat dalam mengerjakannya. Kajian diatas memberikan pemahaman bahwa terdapat nilai tasawuf dalam ayatbismillāhir-rahmānir-rahīm, yaitu niat yang lurus dan akan memperoleh tujuan yang puji dan syukur kepada Allah Swt., adalah bagian lanjutankenikmatan hamba tersebut di dalam memahami makna dari penyikapanbismillāhir-rahmānir-rahīm. Keberhasilannya dalam menghadapi segalapermasalahan dengan persenjataan hanya karena nama Allah Swt., dan sifat-Nyayang Pengasih24dan Penyayang25 dalam perlakuan seorang hamba dalam24Mahapemberi yang tidak ada henti dan tidak memandang siapapun yang meminta pasti akandberikan oleh Allah Swt. Sifat Ar-Rahmān Allah dapat menentukan pilihan-Nya terhadap seoranghamba bahwa mana yang berterima kasih walaupun tidak menyembah-Nya, namun sebagai pemberianjalan agar mereka akhirnya berpikir dan akhirnya untuk menyembah-Nya dan bagi yang menyembah-Nya mengakui kebesaran-Nya dan mana yang tidak sama sekali mengingat akan kebesaran-Nya dantidak berterimakasih kepada-Nya tetapi berterimakasih dan menyembah kepada selain terimakasih atas pemberian telah menempatkan seorang hamba untuk dan hanyamenyembah-Nya dan berterimakasih hanya kepada-Nya. Dengan rasa terimakasih seorang hamba maka 88 Hakekat Tafsir Surat Al-Fatihah..... – Safria AndyJurnal At-Tibyan Volume 4 No. 1, Juni 2019melakukan segala perbuatan akan menjadi mudah untuk dihadapinya. Telahterlihat lebih jelas bahwa Allah Swt., adalah Pemelihara semesta Jauhary mengatakan, “Pujian menurut ukuran ilmu orang yangmemuji”. Apakah orang yang memuji itu tahu betul akan sifat-sifat orang yangdipujinya barulah dia orang yang benar atas pujiannya. Kebalikannya, manakaladia memuji kepada seseorang, padahal kurang pengetahuannya terhadap orang itu,niscaya pujiannya itu lebih hampir pada karena itu TanthawiJauhari telah memberi konklusi dalam Tafsirnya “Orang Islam belum dapatmemuji Allah dengan sebenar-benarnya selama mereka belum mengetahuiperaturan-peraturan27Thabi’atNature dan sekalian keajaiban perbuatan Allah.”Iamelanjutkan perkataannya, “Manakala ummat Islam bermaksud hendak memujiAllah dengan sebenar-benarnya maka hendaklah lebih dahulu mereka mempelajarisekalian peraturan dan kehalusan kejadian makhluk. Sehingga tidak ada satu ilmuyang tidak dibaca dan dipahamkan barulah ketika itu mereka dapat memuji Allahdengan sebenar-benarnya pujian. Sebagaimana ummat-umat memuji-memujipemukanya, sesudah mereka tahu jasa dan keberanian pemuka-pemukanya ituyang mana mereka itu mendapat manfaat dari padanya.”28Abu Ja’far bin Jarir mengatakan “Alhamdulillāhberarti syukur kepadaAllah Swt., semata dan bukan kepada sesembahan selain-Nya, bukan juga kepadamakhluk yang telah diciptakan-Nya, atas segala nikmat yang telah Diaanugerahkan kepada hamba-hamba-Nya yang tidak terhingga jumlahnya, dan tidakada seorangpun selain Dia yang mengetahui jumlahnya. Berupa kemudahanberbagai sarana untuk mentaati-Nya dan anugerah kekuatan fisik agar dapatmenunaikan kewajiban-kewajiban-Nya. Selain itu, pemberian rizki kepada merekadi dunia, serta pelimpahan berbagai nikmat dalam kehidupan, yang sama sekalimereka tidak memiliki hak atas hal itu, juga sebagai peringatan dan seruan kepadamereka akan sebab-sebab yang dapat membawa kepada kelanggengan hidup diakan memperoleh kasihsayang Allah. Seorang hamba akan sadar bahwa segala pemberian datangnya dariAllah dan kepada-Nya seorang hamba agar menyembah dan berterimakasih atas pertolongan perlakuan Allah Swt baik itu cocok menurut hamba maupun tidak cocok menurut hambaadalah sesunguhnya perlakuan baik Allah buat hamba-Nya, karena tidak ada sesuatu pun yang Iaciptakan yang sia-sia buat hamba dan Ma Khalaqta hādza Bātilan subhānakafaqināadzābannār…al-Imran [3]191. Apapun yang tidak berkenan oleh hamba, semua itu disebabkankarena ketidak siapan dan ketidak mampuannya dalam menerima segala sesuatu itu. ﺎًﺌْﯿَﺷ اﻮُھَﺮْﻜَﺗ ْنَأ ﻰَﺴَﻋَوَو ُﻢَﻠْﻌَﯾ ُﱠَو ْﻢُﻜَﻟ ﱞﺮَﺷ َﻮُھَو ﺎًﺌْﯿَﺷ اﻮﱡﺒِﺤُﺗ ْنَأ ﻰَﺴَﻋَو ْﻢُﻜَﻟ ٌﺮْﯿَﺧ َﻮُھَو ةﺮﻘﺒﻟا] َنﻮُﻤَﻠْﻌَﺗ َﻻ ْﻢُﺘْﻧَأ216 ] ُهﻮُﺒَﺴْﺤَﺗ َﻻ ْﻢُﻜْﻨِﻣ ٌﺔَﺒْﺼُﻋ ِﻚْﻓِْﻹﺎِﺑ اوُءﺎَﺟ َﻦﯾِﺬﱠﻟا ﱠنِإَﺑ ْﻢُﻜَﻟ اﺮَﺷ ٌباَﺬَﻋ ُﮫَﻟ ْﻢُﮭْﻨِﻣ ُهَﺮْﺒِﻛ ﻰﱠﻟَﻮَﺗ يِﺬﱠﻟاَو ِﻢْﺛِْﻹا َﻦِﻣ َﺐَﺴَﺘْﻛا ﺎَﻣ ْﻢُﮭْﻨِﻣ ٍئِﺮْﻣا ِّﻞُﻜِﻟ ْﻢُﻜَﻟ ٌﺮْﯿَﺧ َﻮُھ ْﻞ رﻮﻨﻟا] ٌﻢﯿِﻈَﻋ11 ] ٌﺮْﯿَﺧ ُﮫَﻠَﻓ ِﺔَﻨَﺴَﺤْﻟﺎِﺑ َءﺎَﺟ ْﻦَﻣا اﻮُﻠِﻤَﻋ َﻦﯾِﺬﱠﻟا ىَﺰْﺠُﯾ َﻼَﻓ ِﺔَﺌِّﯿﱠﺴﻟﺎِﺑ َءﺎَﺟ ْﻦَﻣَو ﺎَﮭْﻨِﻣ ﺺ ﺼ ﻘﻟا] نﻮُﻠَﻤْﻌَﯾ اﻮُﻧﺎَﻛ ﺎَﻣ ﱠﻻِإ ِتﺎَﺌِّﯿﱠﺴﻟ84 ]27Yaitu hanya menuhankan Allah Swt tidak menuhankan yang ini merupakanpesan utama yang disampaikan oleh Allah Swt kepada setiap Nabi Rasul agar memudahkan para hambadi dalam mengarungi bahtera kehidupannya di dunia. Peraturan ini terlihat jelas di beberapa FirmanAllah Swt di antara dalam surat al-Nahl A. Halim Hasan Daulay dkk,Tafsir Alquran...,h. 13-14 Hakekat Tafsir Surat Al-Fatihah... – Safria Andy 89Jurnal At-Tibyan Volume 4 No. 1, Juni 2019surga tempat segala kenikmatan abadi. Hanya bagi Allah Swt., segala puji, baik diawal maupun di yang hanya ditujukan seorang hamba kepada Allah Swt.,telah memberikan semangat di dalam melaksanakan setiap aktivitasnya danmemperoleh kebahagiaan karena senantiasa dihargai oleh Allah Swt.,akan setiapkegiatan tersebut. Kedua hal itu yang akan mengarahkan seorang hamba untukmemasuki jiwa yang ikhlas di dalam berbuat. Pemikiran dan pemahaman tersebuttelah tertuang di dalam akal seorang hamba atas kelayakan Allah untuk dipuji dandipuja karena hanya Dia yang memiliki pujian tertinggi dari pada apa-apa yangtelah diberikan seorang hamba akan pujian yang ada kepada selain Allah telah diterangkanRabbidengan maknatarbiyahmemelihara.TarbiyahAllah Swt diri pada manusia ada terbagi kejadiannya, agar sempurna tarbiyah syara`yangdiwahyukan-Nya kepada tiap-tiap orang dengan perantara Rasul-rasul agarsempurna kejadian mereka dengan ilmu dan amalnya. Oleh karena itu, tidak adayang lain selain Allah Swt., yang mengatur jalan ibadah bagi manusia, dan tidakboleh seorang pun juga mengharamkan atau menghalalkan sesuatu selain dari padaAllah Hal di atas merupakan pedoman jatuhnya sebutan pujian yangdiberikan seorang hamba kepada makhluk agar merujukkan pemberian pujiantersebut hanya kepada Allah kesimpulan di atas dapat dinyatakan bahwa tidak sah ucapanAlhamdulillāhseorang hamba bila tidak memahami arti kebahagiaan yang untukbersyukur dan menyikapi arti penderitaan yang untuk bersabar sebab, ia belummengenal makna kebesaran Allah Swt. Seorang hamba dapat sah dalammengucapkanalhamdulillāhi-rabbil-’ālamīnbila ia telah menempatkan dirnyahanya bersama Allah Swt., sehingga ia akan mampu bersyukur dan tidak sombongatas kebahagiaan dunia yang diberikan-Nya dan mampu bersabar dan tidakberputus asa atas penderitaan dunia yang singgah dalam kajian di atas penulis menambahkan bahwaalhamdulillāhadalah kajian terdalam setelahbismillāh..Alhamdulillahmerupakan sebuahpernyataan dari Allah Swt., yang menganjurkan kita untuk senantiasa hanyamemuji adalah Sosok yang tertinggi dan memiliki tempat untukdipuji oleh seorang hamba. Pujian seorang hamba yang dilakukan kepada siapapun,apapun dan kondisi bagaimanapun adalah pujian yang tidak terlepas dari karenamemuji Allah Swt. Keutamaan dalam memuji-Nya adalah menempatkan seoranghamba untuk siap menerima apapun model pemberian yang diberikan oleh AllahSwt., kepadanya, baik kekayaan atau kemiskinan, kecantikan atau kejelekan rupadan badan yang tinggi atau pendek. Bagi seorang hamba tetap akan menerima29Lihat, Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh Pentahqiq/Peneliti,O Tafsir Ibn…,h. H. A. Halim Hasan Daulay dkk,Tafsir Alquran...,h. 44. 90 Hakekat Tafsir Surat Al-Fatihah..... – Safria AndyJurnal At-Tibyan Volume 4 No. 1, Juni 2019dengan legowo atas segala pemberian Allah Swt., karena seorang hamba, hanyamewujudkan pemujian atas pujian telah dijadikan oleh seorang hamba sebagai barometerpenerimaannya atas pemberian Allah Swt., maka ia akan menyikapi segalapemberian yang berupa bentuk indah secara lahiriah dengan selalu bersyukurkepada-Nya. Rasa syukur tersebut akan melahirkan jiwa yang tidak sombongkepada Allah Swt dan kepada makhluk-makhluk lainnya. Dengan pujian-pujianyang dikedepankan seorang hamba kepada-Nya dalam setiap menerima pemberian-Nya yang berupa sesuatu yang tidak indah secara lahiriah akan disikapi denganrasa bersabar. Rasa sabar tersebut akan melahirkan jiwa seorang hamba yang tidakberputus-asa. Seorang hamba yang mampu mengendalikan atau memulangkansegala pemberian berupa sesuatu yang indah dan tidak indah tersebut kepada AllahSwt., dan hamba akan memperoleh kenikmatan yang nyata dalam kehidupan didunia dan di akhiratnya. Pernyataan di atas penulis sebut dengan istilah “jalankepastian menuju kenikmatan dalam kehidupan dan wujud dari bentuk kebenarandi dunia dari Sang Penguasa Allah Swt dan yang Maharahmān”. Suatu jalan yangpasti dan yang mampu membuat seorang hamba untuk mampu dalammengendalikan diri di saat bahagia untuk tahu bersyukur dan tidak sombong danjalan yang mampu membuat seorang hamba untuk bersabar di saat derita dan tidakberputus-asa, karena yang dituhankannya dan diagungkan olehnya hanya AllahSwt., dan tidak ada yang lain bersama seorang hamba kecuali kepastian menuju kenikmatan tersebut terinspirasi dari dua Socrates dalam mencari kebahagiaan secara universal, sepertilarangan bagi orang yang berbuat jahat di mata agama dan telah menghadangkebebasannya untuk berbuat jahat dan dia tidak dalam sebuah hadis yang kesimpulannya, tidak akan diterima rasaucapan syukur seorang hamba sebagai wujud rasa kebahagiaan seorang hambaatas pemberian Allah kepada Allah Swt bila tidak diawalinya di dalam rasasyukur tersebut dengan memuji Allah di atas menjelaskan dua sifat Agung Allah Swt., yaitu,al-Rahmānyang berupa sifat Allah Swt., yang memberikan sesuatu kepada setiaphamba dan makhluk-Nya danal-Rahīmyang berupa sifat kasih sayang Allah Swt.,yang hanya diberikan-Nya kepada orang yang mengakui akan kebesaran al-Rahīmjuga merupakan pernyataan seoranghamba akan bukti kasih sayang Allah Swt., yang murah memberikan sesuatukepada setiap makhluk-Nya tanpa membedakan mereka dan mengasihi hamba-hamba-Nya yang memahami wujud ketuhanan Allah Swt. Hanya orang-orang yangtidak paham tentang wujud kasihsayang Allah Swt., yang akan memiliki Hakekat Tafsir Surat Al-Fatihah... – Safria Andy 91Jurnal At-Tibyan Volume 4 No. 1, Juni 2019kegelisahan di dalam hidupnya dengan penuh penderitaan baik di kala memilikifasilitas dunia ataupun tertinggi bagi segenap makhluk adalah nafas ataukehidupan yang diberikan-Nya. Dengan kehidupan tersebut akan menjadi berhargasegala fasilitas yang diberikan-Nya. Itupun bila digunakan dengan tetap merujukkepada nilai tasawuf ayat pertama dan kedua dari surat tidak berharga bila segala fasilitas yang diberikan-Nya kepada makhluk-makhluk-Nya tidak dikaitkan denganrahīmullah, yaitu Sayang-Nya Allah Swt.,kepada makhluk-makhluk-Nya yang menyadari atas pemberian-NyaRahmānullah dan berkembang kepadarahīmullah. Bukankah semua yang adamemiliki keterikatan dan berjalan secara sistematis seperti keberadaan akibatkarena keberadaan sebab atau bahasa lainnya ada sebab pasti ada terwujud semua hal di atas Allah Swt., telah memberikan perhatian-Nyadengan penciptaan dan Pemeliharaan atau yang dikenal dengan tarbiyyah, yaitusebuah kata yang menjelaskan terlestarikankedudukan Penciptaan dan Pemeliharaan maka diperlukan pendidikan dari AllahSwt. Untuk mensukseskan hakikat pendidikan tersebut maka diadakan ganjaranbagi makhluk khususnya para hamba Allah Jauhary telah menyebutkan, bahwa, tarbiyah pendidikanberkehendak pada dua pekerjaan, yakni rahmat dan tidakdidapati keduanya bersama-sama, itulah yang dinamakan tarbiyah telah menjadikan ibu-ibu lebih banyak hampir pada sifat rahmat,sedang bapak-bapak lebih dekat kepada kekerasan atau tepatnya ketegasan. Dariitu, manakala salah seorang diantara keduanya dalam keadaan lupa, maka alamatakanterjadi kerusakanakan tarbiyah anak-anak. Oleh karena, itu, Allah Ta’alamengisyaratkan dengan firman-Nya “Ia mendidik dan memelihara Alam inidengan sifat ar-Rahman dan ar-Rahim.”31Muhammad Abduh mengatakan dalam Tafsir al-Mannarnya, “SungguhpunAllah sudah mengadakan berbagai-bagai hukuman di dalam dunia danmenyediakan berbagai-bagai azab di akhirat untuk orang yang melewati batas-batas-Nya dan orang yang melanggar larangan-larangan-Nya, sekalian itu tidakada menafikan keumuman rahmat Tuhan bagi seluruh hukuman itu pada lahirnya sebagai pembalasan, tetapi pada terletaknya tarbiyah yang diberikan Tuhan pada manusia,sebagaimana tarbiyah telah melarang orang agar jangan terjerumus kepadapekerjaan-pekerjaan yang melanggar batas-batas yang sudah ditentukan Syari’ berpaling dari pada Syari’at itu membawa pada kecelakaan danbala yang saat seseorang berdiri tetap dalam batas Syari’at itu,perbuatannya itu pulalah membawanya pada kebahagiaan dan 92 Hakekat Tafsir Surat Al-Fatihah..... – Safria AndyJurnal At-Tibyan Volume 4 No. 1, Juni 2019Sifatal-Rahmāndanal-RahīmAllah Swt., yang telah mengejewantahdalam tubuh hamba-Nya dan telah mampu membuat hamba-Nya agar kuat dalammenghadapi kenyataan. Seorang hamba yang melihat teman lainnya dalamkeadaan berbuat salah dan menegurnya serta tidak memperdulikan bahwatemannya tidak mau ditegur atas kesalahan yang dilakukannya adalah bagian darikasihsayang Allah tersebut. Teguran yang dilakukan seorang teman tadimerupakan pemberian yang ia berikan kepada siapapun, yaitu memberikan halyang baik kepada orang yang baik maupun kepada orang yang lagi berbuat tidakbaik. Sesungguhnya sifat tersebut adalah sifat yang berpandangan luas, sehingga iaberharap dengan pemberiannya berupa nasehat mampu menciptakan kasih sayangyang berupa kesadaran bagi orang yang berbuat salah. Perubahan pada seseorangteman tersebut kepada hal yang baik telah menempatkan diri sipenegur sebagaimanusia yang terbaik, yaitu manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya tanpamengenal siapapun manusia yang akan ditegur untuk diperbaikinyaAr-rahman ar-Rahim merupakan dua nomina yang berasal dari kata Ar-Rahmah dan ditujukan untuk menunjukkan makna “sangat”.Ar-Rahmah lebihtegas dari pada merupakan nomina iniberbeda dengan orang yang memandangnya dan menduganya sebagai nomina tidakberrefleksi. Alasan bagi pandangan ini ialah keterangan yang dimunculkan olehTirmidzi dan disahihkannya, dari Abdurrahman bin Auf ra., bahwa dia mendengarRasulullah saw., bersabda,“Allah Ta’ala berfirman, Aku adalah ar-Rahman. Akutelah menciptakan rahim kandungan dan Aku ambil dari Nama-Ku menjadinamanya. Barangsiapa yang menyambungkannya, maka Akupunmenyambungkannya. Dan barangsiapa yang memutuskannya, maka Aku pun akanmemutuskannya.”HR. Tirmidzi.33Al-Rahmahmerupakan gabungan darial-Rahmāndanal-RahīmAllah Swt.,artinya dua nama agung Allah tersebut tidak dapat terpisahkan dan memilikisistematika kajian yang harus diterapkan pada diri seorang makhluk khususnyahamba Allah Swt. Kasih dan sayang Allah Swt tersebut merupakan alat utamabagi seorang hamba di dalam memahami Cinta-Nya dan berupaya untuk dimilikioleh setiap hamba-Nya. Hal ini merupakan kata kunci utama tujuan para sufi danpecinta Allah dalam memperoleh Cinta-Nya. Dengan keberadaanal-Rahmāndanal-RahīmAllah Swt., maka seorang hamba akan tersugesti dalam menjalani segalaaktivitas kehidupannya dengan kebahagiaan sempurna. Meskipun kesempurnaanitu hanya milik Allah, namun telah dirasakan oleh para hamba-Nya akankesempurnaan tersebut. Bahasa lainnya berbuyi “ada dan tiadanya fasilitas duniaitu tetap akan selalu ada kebahagiaan bagiku dengan kasih sayang-Mu wahai AllahSwt yang datang berupa bahtera Cinta-Mu dan adanya fasilitas dunia padaku,semua tidak ada artinya bila tanpa kasih sayang-Mu yang berwujud berupa Cinta-33Muhammad Nasib ar-Rifa’i,Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir,JakartaGema Insani, 1999, h. 59-60. Hakekat Tafsir Surat Al-Fatihah... – Safria Andy 93Jurnal At-Tibyan Volume 4 No. 1, Juni 2019Mu kepadaku”. Perasaaan di atas merupakan nilai tasawuf yang senantiasadinanti-nantikan oleh para pecinta Allah karena itu, nilai tasawuf dari ayat di atas berupa penegasan dari AllahSwt bagi para hamba untuk selalu ingat bahwa memberadakan kasih sayang-Nyamampu menjadikan semua fasilitas dunia terlihat hal yang biasa, sehingga mampudilewati dengan kemudahan dan mendorongnya untuk memperoleh yang lebihbesar yaitu Cinta Allah Swt. Kajian tersebut akan menjelaskan bahwa Allah Swt.,yang memiliki langit dan bumi beserta isinya dan kelayakan-Nya dalammenempati diri-Nya sebagai Raja di hati orang-orang yang mencari ketidakkacauan atau kerajaan pada hari pembalasan tersebut tidak menafikankekuasaan Allah atas kerajaan yang lainnya dunia, karena telah disampaikansebelumnya bahwa Dia adalah Rabb semesta itu bersifatumum di dunia maupun di akhirat. Adanya tambahan kalimat yang artinya haripembalasan, karena pada hari itu tidak ada seorang pun yang dapat mengaku-ngaku akan sesuatu dan tidak juga dapat berbicara kecuali dengan firman Allah dalam surat an-Naba`38 yang artinya “pada hari ituketika ruh dan para Malaikat berdiri bershaf-shaf, mereka tidak berkata-katakecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Rabb yang Mahapemurah, dania mengucapkan kata yang benar.” Hari pembalasan berarti hari perhitungan bagisemua makhluk, disebut juga hari diberi balasan sesuai amalnya baik, maka balasannya pun amalnya buruk, makabalasannya pun buruk kecuali bagi orang yang kontekstual ayat tersebut dapat dipahami sebagai keterangansempurna dari ayat sebelumnya, yaitu menerangkan bahwa dengan kasihsayangAllah Swt., yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya dan dipahami dengansebaik-baiknya mampu menyikapi rasa bahagia dengan bersyukur dan rasa deritadengan bersabar, telah membuktikan bahwa Allah Swt., adalah Raja di haripembalasan. Dalam bahasa pecinta Allah Swt.,yaitu memahamiMālikiyaumid-dīnadalah Raja yang memberikan ganjaran kepada para hamba khususnya danmakhluk-Nya pada umumnya yang telah menyikapi rasa kasihsayang-Nya secarapositif atau negative. Bagi orang yang memperoleh Cinta Allah Swt., akanmenyadari dengan sejati bahwa Allah Swt., yang telah memiliki wewenang dalampemutusan akan setiap perbuatan yang dilakukan hamba selama di dunia, sehinggamemberikan rasa yang besar untuk memperoleh rahmat-Nya. Tidak akan adasatupun yang mampu memiliki rasa tersebut dan mampu memberikan kenyamananakan rasa tersebut kepada siapapun kecuali Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh Pentahqiq/Peneliti,Tafsir Ibn…,h. 27 94 Hakekat Tafsir Surat Al-Fatihah..... – Safria AndyJurnal At-Tibyan Volume 4 No. 1, Juni 2019Keberhasilan Allah Swt., yang telah terlihat pada diri seorang hamba didalam ayat di atas, yaitu, keberhasilan-Nya dari sisi sebagai Pemilik maupunsebagai Raja. Dapat dipastikan bahwa Allah Ta’ala yang memiliki sekalianmakhluk dan akan membalas mereka baik di dunia maupun di akhirat denganpahala kepada orang yang taat dan rajin beramal baik. Menyiksa dan menghinakansiapa pun yang pemalas dan ini juga ditegaskan olehThanthawy dengan istilah sempurnalah tarbiyah dan peraturan alam yangdilakukan Allah hal yang dihadirkan tasawuf berupa nilai yan terdapat dalam surat al-Fatihah,pertama, bahwa Allah Swt adalah pencipta, pemilik dan pemelihara akanalam semesta beserta isinya, sehingga pernyataan tersebut telah memberikankesadaran seorang hamba agar ia menjalani segala aktivitas kehidupannya di duniadan menuntaskannya karena Allah Swt Swt adalah penentudan pemutus segala ketentuan dan keputusan yang dilakoni oleh seoang hamba-Nya. Ketentuan dan keputusan tersebut tidak lepas dari kemaslahatan bagi hambatersebut, artinya keuntungan yang diberikan kepada hamba bilamengerjakankeputusan dan kerugian baginya bila meninggalkannya dan bukankeuntungan juga kerugian bagi Allah Swt., bila kita mengerjakan danmeninggalkan keputusan-Nya Pemahaman akan kedua hal tersebut yang telahmemberikan kesadaran kepada seorang hamba untuk melakukan segala aktivitaskehidupannya karena Allah Swt., semata dan untuk meraih cinta-Nya sertamencapai kedekatan kepada-Nya. Cinta dan kedekatan seorang hamba kepadaAllah Swt.,akan menghapuskan kenikmatan yang sesaat dari kebahagiaan dansiksa dari penderitaan lahiriyah. Ayat tersebut akan memicu seorang hamba untukmemasuki diri kepada pernyataan berikutnya dari firman Allah Swt., yaituIyyākana’budu wa iyyāka nasta’īn. Ayat tersebut akan mengantarkan seorang hambakepada deklarasi sejati atau wujud kepasrahan diri dan ketergantungan abadikepada Allah yang wa iyyāka-nasta’īnAyat di atas merupakan inti dari kata hati seorang pecinta sejati atauseorang hamba yang ingin mendapatkan cinta Allah Swt. Ayat yang telahmembangun kehidupan yang sesungguhnya bagi seorang hamba dalam mengarungibahtera kehidupan di dunia. Penyembahan seorang hamba kepada Allah Swt., akanmenjadi pegangan utama baginya di dalam mengiringi setiap langkah dalamberaktivitas di dunia, sedangkan pertolongan Allah Swt., yang diharapkannya akanmenjadi kesadaran nyata bahwa ia bukan siapa-siapa, namun ia adalah sebagaiseorang yang perlu dipelihara dan diarahkan setiap geraknya dalam menghadapikehidupan di dunia yang banyak memiliki keterpesoanaan sementara. Duniamerupakan pancaran keagungan Allah Swt., namun dunia tidak mampu35Lihat, H. A. Halim Hasan dkk,Tafsir Alquran...,h. 47. Hakekat Tafsir Surat Al-Fatihah... – Safria Andy 95Jurnal At-Tibyan Volume 4 No. 1, Juni 2019mengarahkan bimbingan kejalan Allah Swt., kecuali atas izin-Nya, karena duniaakan menjadi senjata utama syaitan di dalam menjerumuskan seorang hambakepada kesesatan dan kedurhakaan kepada Allah seorang hamba telah berpegang kepada pegangan utamanya,yaitu hanya menghambakan diri kepada Allah Swt., maka seluruh ciptaan duniadan alam semesta beserta isinya yang merupakan pancaran dari keagungan AllahSwt., yang akan diperintahkan-Nya untuk mengiringi langkah seorang hamba yangberpegang pada pegangan utama tersebut dan keselamatan yang akan hadir dalamkehidupan di dunia. Keselamatan yang diperolehnya merupakan wujudpertolongan Allah Swt., dari permohonan yang sebagian salaf bahwa al-Fatihah adalah rahasia Alquran, danrahasianya terletak pada kalimatiyyāka na’budu wa iyyāka nasta’ tersebuttelah menuntun kepada pelepasan diri seorang hamba terhadap kesyirikan danberserah diri kepada Allah objek yang didahulukan untukobjek pembatasan, supaya tujuan pembicaraan yang terpokus kepada apa yanghendak diutarakan, yaitu “hanya kepada Engkau ya Allah” kami menyembah yangmaksudnya seorang hamba tidak beribadah kecuali hanya kepada Allah Swt., dantidak berserah diri seorang hamba hanya kepada-Nya. Hal tersebut merupakanbagian dari kesempurnaan dari ketaatan seorang hamba kepada Allah Swt. Secarabahasa, ibadah berarti istilah ibadah adalah suatu hal yangmenyatukan kesempurnaan kecintaan, ketundukan, dan ketakutan. Sebagian ulamasalaf mengatakan bahwa al-Fatihah merupakan rahasia Alquran yang terletak padaayat “iyyāka na’budu wa iyyāka nasta’īn”penggalan kalimat pertama yaituiyyaaka na’budumerupakan bagian dari penyucian dari kemusyrikan. Dan yangkedua, yaituiyyāka nasta’īnmerupakan upaya penyucian dari upaya, usaha, dankekuatan yang menyerahkan segalanya kepada Allah yang Mahamulia kalimat dari ayat tersebut telah meberikan keteguhan kepada seoranghamba untuk dapat konsisten dalam berbuat dan konsenstrasi dalam menghadapisegala bentuk kehidupan tanpa ada gangguan dan seoranghamba dalam menyikapi segala godaan dan gangguan di muka bumi dengankonsentrasi dan konsistensi yang tinggi telah dapat menempatkan dirinya sebagaiseorang yang berhasil dalam menyembah Allah yang Mahasuci. Segala perbuatanyang dilakukan selalu diawali dengan permohonan bimbingan dengan bahasabergantung hanya kepada Allah Swt., dan dilakukan dengan bahasa penyerahandiri secara maksimal hanya kepada Allah Swt., dan tidak kepada pernyataan Ibn Qayyim al-Jauziyyah37, di dalam menafsirkaniyyāka-na`budusesungguhnya tidakakan menyembah seorang hamba pada36Muhammad Nasib ar-Rifa’i,Ringkasan Tafsir...,h. 62. Lihat juga, Abdullah bin Muhammadbin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh Pentahqiq/Peneliti,Tafsir Ibn...,h. 2937Lihat, ibn Qayyim Al-Jauziyyah,Tahdzibu Madariju as-Salikin,Hadzbahu; Abd al-Mun`imShalih al-`Ali a-`Izzy, jld. I, Beirut Libanaon; Muassastu ar-Risalah, 2000, h. 30 96 Hakekat Tafsir Surat Al-Fatihah..... – Safria AndyJurnal At-Tibyan Volume 4 No. 1, Juni 2019Tuhannya Pemelihara semesta alam yang Mahatinggi kecuali sesembahan yangdilakukan dalam beribadah dengan kecintaan kepada Allah Swt., dan keridhaan-Nya. Dalam beribadah kepada-Nya adalah ibadah seorang hamba yangmelakukannya dengan rasa syukur, cinta dan takut kepada-Nya dengan naluriah,diterima oleh akal yang tetapi metode yang dilakukan dalamberibadah atau menyembah kepada Allah Swt., adalah tidak ada sesembahanapapun kecuali ada jalan untuk mengetahui-Nya kecualidengan jalan yang disampaikan oleh Rasul-Nya dan penjelasan-penjelasan tentangsemua di atas syukur, cinta dan takut kepada Allah.Ibadah merupakan kedudukan yang sangat agung, yang dengannya seoranghamba menjadi mulia, karena kecondongannya kepada Allah Ta’ala saja, dan Diatelah menyebutkan Rasul-Nya Saw., sebagai hamba-Nya yang menempatikedudukan yang paling Ibadah menurut hemat penulis adalah bukti darikecintaan seorang hamba kepada Allah Swt, sehingga ia akan melakukan segalabentuk ibadah hanya karena-Nya dan menghasilkan nilai yang berkualitas dalamkehidupannya. Ibadah dalam harapan bertasawuf merupakan keutuhan perbuatanseorang hamba yang ingin menggapai cinta Allah Swt., sehingga tidak akan adakeraguan dan hasil yang tidak berkualitas yang dilahirkan, sebab ibadah yangdikerjakan sebagai bukti cinta seorang hamba kepada Allah yang Qayyim al-Jauziyyah menjelaskan keutamaan-keutamaan ayat yangberbunyiiyyāka-na`budu wa iyyāka-nasta`īnadalah sebagai obat bagi dua penyakityang berbahaya bagi seorang hamba, yaitu penyakit ria dan penyakit ria disembuhkan dengan kalimatiyyāka-na`bududan penyakit sombongdisembuhkan dengan kalimatiyyāka-nasta` adalah penuhan diri seorang hamba terhadap dirinya bukan kepadaAllah Swt. Meskipun secara lahiriah ia menyembah Allah Swt., namun hakikatnyaia hanya menyembah dirinya saja. Dengan pengukuhan keberadaan Allah Swt., dihati seorang hamba akan mensucikan dirinya dari penuhan-penuhan seoranghamba kepada selain Allah Swt. Setiap perbuatan seorang hamba akan terlaksanakarena Allah Swt., bukan karena diri hamba tersebut. Adapun sombong adalahperasaan seorang hamba dalam menyatakan dirinya sebagai penolong bagi oranglain dan hanya pada dirinya orang-orang akan memohon pertolongan. Seoranghamba yang merasa tersebut telah lupa bahwa ia mampu memberikan pertolongankarena diizinkan Allah Swt., atau ditolong-Nya. Dengan pengukuhan pertolonganAllah Swt., senantiasa menyertai rasa pertolongan seorang hamba kepada oranglain dan akan mensucikan rasa sombong yang ada pada Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh Pentahqiq/Peneliti,Tafsir Ibn…,h. 31 Hakekat Tafsir Surat Al-Fatihah... – Safria Andy 97Jurnal At-Tibyan Volume 4 No. 1, Juni 2019Ihdinaṣṣirātol mustaqīmSetelah memperoleh petunjuk bahwa hanya kepada Allah Swt., seoranghamba dalam menyembah dan hanya kepada Allah Swt., dan memohonpertolongan, telah menjadi harapan untuk senantiasa diberikan petunjuk yanghakiki, karena tidak ada tempat untuk meminta petunjuk selain kepada dan makna hidayah dalam ayat di atas adalah pengertian bimbingandan petunjuk. Sebagaimana firman Allah Swt., di dalam surat al-Syura` ayat 52yang artinya”Dan sesungguhnya engkau Rasulullah Saw., benar-benar memberipetunjuk kepada jalan yang lurus.” Seorang hamba senantiasa membutuhkanAllah Swt., dalam setiap saat dan setiap situasi agar diberikan keteguhan,kemantapan, penambahan, dan kelangsungan hidayah, karena ia tidak kuasamemberikan manfaat atau mudharat kepada dirinya sendiri kecuali dari AllahSwt., yang menghendaki. Oleh karena itu, Allah Swt., selalu membimbingnyaagar ia senantiasa memohon kepada-Nya setiap saat dan supaya Dia memberikanpertolongan, keteguhan, dan taufik. Orang yang berbahagia adalah seorang hambayang diberi taufik oleh Allah Swt., untuk senantiasa hanya memohon kepada-Nya,sebab Ia telah menjamin akan mengabulkan permohonan seorang hamba jika iamemohon kepada Allah Swt., apalagi permohonan orang yang dalam keadaanterdesak dan sangat membutuhkan bantuan-Nya pada tengah malam dan menurut Ibn Qayyim al-Jauziyyah adalah penjelasan, tuntunan,pembenaran dan ada jalan menuju penjelasan dan tuntunan AllahSwt., kecuali melalui arahan Rasul-Nya. Oleh karena itu,kemuncuan penjelasan,tuntunan dan pengenalan yang sistematis akan diri Allah Swt., akan mengarahkepada petunjuk dan pembenaran-Nya dan menjadikan keyakinan di hati danmelahirkan cinta mendalam seorang hamba kepada-Nya serta Ia mengisi hatiseorang hamba dan menjadikan Allah Swt.,selalu ada di hati orang yang teridhoidan selalu berada dalam di atas merupakan ayat yang dinilai sebagai permohonan utama bagiseorang hamba agar ibadah yang dilakukan senantiasa setia mendampinginya yangtidak berkurang dan tidak surut setelah pegangan utama yang dimiliki seoranghamba penghambaan diri hanya kepada Allah Swt semata. Harapan tersebutmerupakan penghapusan kekhawatiran seorang hamba, yaitu khawatir akanperpisahan dirinya dari Allah ghairil-maghdhữbi-alaihim walādh-dhāllīnAyat tersebut adalah inti dari permohonan yang diminta oleh seoranghamba yang mengandung dua arah untuk39Lihat,Ibid.,h. 3340Lihat, ibn Qayyim Al-Jauziyyah,Tahdzibu Madariju as-Salikin,Hadzbahu; Abd al-Mun`imShalih al-`Ali a-`Izzy, jld. I, Beirut Libanaon; Muassastu ar-Risalah, 2000, h. 31 98 Hakekat Tafsir Surat Al-Fatihah..... – Safria AndyJurnal At-Tibyan Volume 4 No. 1, Juni 2019ditunjukkan kepada jalan seperti orang-orang yang dianugerahkan oleh Allah Swt.,akan sebuah nikmat, seperti Nabi Ayyub As., yang mampu menahan diri darisegala penderitaan berupa ujian, di antaranya penyakit yang berkepanjangan dariAllah Swt., dan kemampuan tersebut adalah bagian dari kenikmatan. Nabi YusufAs., yang mampu menahan diri dari kesombongan atas kesehatan dan ketampanandirinya untuk senantiasa selalu berterima kasih kepada Allah Swt., dan merupakankenikmatan baginya. Nabi Sulaiman As., yang mampu menahan diri darikeangkuhan sebab kekayaannya dan kemampuan tersebut bagian dari Isa As., yang mampu menahan diri dari penderitaan serba kekurangan akanhal-hal duniawi dan kemampuannya juga merupakan kenikmatan. Serta NabiMuhammad Saw., yang memiliki empat pengalaman dari Nabi-nabi di atas dankemampuannya merupakan anugerah yang paling besar dari Allah di atas adalah kenikmatan yang diharapkan oleh seorang untuk dapat dihindarkan dari orang-orang yang dimurkai olehAllah Swt., seperti Fir’aun, yang sombong dengan yangsombong dengan yang angkuh dengan miskin dan sombong setelah kekayaan yangmenguasai empat sifat buruk di Qayyim al-Jauziyyah menerangkan tentang orang-orang yang dimurkaioleh Allah Swt., adalah orang-orang Yahudi yang diberi-Nya petunjuk. Petunjukyang diterima oleh mereka tidak diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari,sehingga menimbulkan kemurkaan dari Allah Swt. Adapun orang-orang yangdinyatakan sesat adalah orang-orang Nasrani yang menyatakan Nabi Isa As.,seorang pembawa berita dan utusan Allah Swt sebagai anak Tuhan. Pernyataantersebut telah menetapkan orang Nasrani sebagai orang-orang yang Katsir menjelaskan bahwa maksud ayat tersebut adalah permohonanseorang hamba untuk dapat jalan yang lurus yaitu jalan orang-orang yang telahdiberikan Allah Swt., sebuah nikmat kepadanya, yaitu mereka yang memperolehhidayah, istiqamah, dan ketaatan kepada Allah Swt., dan Rasul-Nya, sertamengerjakan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Bukan jalan orang-orang yang mendapat murka, yang kehendak mereka telah rusak, sehinggameskipun mereka mengetahui kebenaran, namun menyimpang dari juga jalan orang-orang yang sesat, yaitu orang-orang yang tidakmemiliki ilmu pengetahuan, sehingga mereka berada dalam kesesatan serta tidakmendapatkan jalan menuju kebenaran. Pembicaraan di sini dipertegas dengan kata“la” bukan, guna menunjukkan bahwa di sana terdapat dua jalan yang rusak,yaitu jalan orang-orang Yahudi dan jalan orang-orang Nasrani. Juga untukmembedakan antara kedua jalan tersebut, agar setiap orang menjauhi 35-36 Hakekat Tafsir Surat Al-Fatihah... – Safria Andy 99Jurnal At-Tibyan Volume 4 No. 1, Juni 2019PenutupWujud ibadah sejati akan terlihat pada diri seorang hamba, manakala iamelakukannya dengan ketulusan, yaitu melakukan ibadah hanya karena Allah seperti itu adalah ibadah yang telah berhasil bagi seorang hamba dalammeraih kedekatan kepada Allah Swt. Kedekatannya kepada Allah Swt., akanmelahirkan kedamaian dan kebahagiaan serta kemudahan dalam menghadapiberbagai persoalan untuk dijawab dan berbagai permasalahan untuk di atas terjadi pada diri seorang hamba karenapemahaman tentangIyyaka-Na`bududanIyyaka-Nastainyang professional danpropossional. Pemahaman yang duduk professional dan penerapan pemahamanyang tepat propossional terhadap kajianIyyaka-Na`bududanIyyaka-Nastainpadadiri seorang hamba dalam menghadapi hidup, maka akan meluruskan niat dantujuannya. Kelurusan niat dan tujuan akan memperjelas bagi seorang hamba didalam melakukan setiap bentuk aktivitas kehidupannya selama di dunia, sebab ialakukan denganBismillahdan hasilnya selalu diucapkannya denganAlhamdulillah. Kedua ucapan tersebut adalah bentuk dari penuhan seorang hambahanya kepada Allah Swt., yang sebagai Sosok yang disembahnya dan Sosoktempat ia di atas telah menerangkan kepada seorang hamba bahwa kedamaiandapat terwujud bila pemahaman tentang surat al-Fatihah didudukkan secaraprofessional dan propossional. Kedamaian tersebut terwujud karena kedekatanseorang hamba kepadaAllah Swt., dan dijelaskan dengan lugas di dalam surat al-Fatihah yang menjadi istimewa dari surat lainnya dan disebut di antaranya dengansebutan“Ummul-Qur’an”, yaitu induk Alquran dan menjadi bagian dari PUSTAKAAbdul Qadir Isa, Syekh,Hakekat Tasawuf, terj. Khairul Amri, Harahap dkk, JakartaQisthi Press, 2017, cet. Ke-15Abdurrahman Hasan `Alu Syaikh, Syaikh,Fathul Majid, terj. Ibtida`in Hamzah dkk,Jakarta Pustaka Azzam, 2012Al-Jauziyyah, Ibn Qayyim,Madārij al-sālikīn fītafsīri iyyāka na`buduwaiyyākanasta`īn, jld I_____________________,Tahdzibu Madariju as-Salikin,Hadzbahu; Abd al-Mun`imShalih al-`Ali a-`Izzy, jld. I, Beirut Libanaon; Muassastu ar-Risalah,2000 100 Hakekat Tafsir Surat Al-Fatihah..... – Safria AndyJurnal At-Tibyan Volume 4 No. 1, Juni 2019_____________________,Al-Fawaid,tahqiq `Ishomuddin as-Shibabati, Al-QahirahDar- al-Hadis, 2005Andy, Safria,Hati Qalb dalam Pemikiran Tasawuf Ibn Qayyim Al-Jauziyyah,Disertasi, Medan PPs IAIN Medan-Sumatera Utara, Tasawuf dalam Surat Al-Fatihah,Jurnal Hikmah,Volume V N0 1 Jan – Des 2017, Prodi. Agama dan Filsafat Islam, dan Studi Islam UIN-SU, Rifa`i, Muhammad Nasib,Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir,JakartaGema Insani,1999____________________,Ringkasan Tafsir Ibn Katsir, Jilid. I, Gema Insani, 2012As-Suyuti,Imam Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin,Tafsir Jalalain, Bahrun Abu Bakar, Bandung Sinar Baru Algensindo, 2010, Hasan Daulay, H. A, dkk,Tafsir Alquran Alkarim,Medan Yayasan PersatuanAmal Bakti, 1967, cet. IX,Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, `Abdullah bin,Pentahqiq/Peneliti,Tafsir Ibn Katsir,Jild. I, terj.Bogor PustakaImam Asy-Syafi’I, 2004, cet. V,Mustofa, H. A,Akhlak Tasawuf, Bandung; Pustaka Setia, 2005Nata, Abuddin,Akhlak TasawufJakarta; Rajawali Pers, 2010Uwaysi an-Nadawi, Muhammad,Tafsir Qayyim li Ibn Qayyim,Maktabah as-Syamilah. Agung SetiyawanMoh. Ainin Uril BahruddinAhmad Arifin B. SaparSurah Al-Fatikhah is very important to understand, because this surah is the main surah in the Qur’an which contains several hidden meanings that need to be understood by every Muslim. Surah Al-Fatikhah must be read in every prayer, but several people do not understand its meaning. This paper aimed to reveal the secrets of sentence phrases in the Surah Al-Fatikhah. The research data were obtained from several classical books tafsir and several journal articles discussing Surah Al-Fatikhah. The results showed that Surah Al-Fatikhah contains an implicit message which is reflected in 3 main points, namely 1 the sentence, such as deleting alif in the bismillah sentence, the use of "al" in the word Hamdu’ and Alamin’ 2 the word choice, such as the use of the word al-Rahman, al-Rahim, Rabb al-'Alamin, Malik, Yaum al-din , al-Sirat, al-Mustaqim, al-Magdub, and al-Dallin and 3 sentence structure such as a statement in the form of a sentence with the intention of the command used in the sentence al-Hamdu lillahi Rabbil Alamin, especially an objective in the expression of “Iyyaka Na'budu wa Iyyaka Nasta’in” as in the study of Balagah chapter al-Qasr in Ma'ani, and equating the word “al-Sirat al-Mustaqim” with al-Din al-Ḥaq as in the study of Balagah chapter al-Majaz in Bayan. Therefore, through this research, by understanding the meaning of the message contained in the Surah Al-Fatikhah, it would hopefully help a Muslim become more motivated in performing Qalb dalam Pemikiran Tasawuf Ibn Qayyim Al-JauziyyahSafria AndyAndy, Safria, Hati Qalb dalam Pemikiran Tasawuf Ibn Qayyim Al-Jauziyyah, Disertasi, Medan PPs IAIN Medan-Sumatera Utara, Ar-RifaìNasibAr-Rifaì, Muhammad Nasib, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, JakartaGema Insani, 1999As-SuyutiAs-Suyuti,Imam Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin, Tafsir Jalalain, terj. Bahrun Abu Bakar, Bandung Sinar Baru Algensindo, 2010, cet. Kedelapan, Halim Hasan Daulay, H. A, dkk, Tafsir Alquran Alkarim, Medan Yayasan Persatuan Amal Bakti, 1967, cet. IX, Muhammad bin 'Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh,Àbdullah bin, Pentahqiq/Peneliti, Tafsir Ibn Katsir,Jild. I, terj. Bogor Pustaka Imam Asy-Syafi'I, 2004, cet. V, Mustofa, H. A, Akhlak Tasawuf, Bandung; Pustaka Setia, 2005 Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf Jakarta; Rajawali Pers, 2010 Uwaysi an-Nadawi, Muhammad, Tafsir Qayyim li Ibn Qayyim, Maktabah as-Syamilah.bahwapembahasan mengenai Bismillah hirrahmaan nirrahiim banyak ditinjau dari berbagai segi, baik dari segi gramatikal (Nahwu dan sharaf) ,atau pun segi bahasa (etimologis), disamping tinjuan dari materi huruf, bentuk, karakteristik, kedudukan, susunannya serta keistemewaanya atas huruf-huruf lainnya yang ada dalam Surat Pembuka Al Qur'an.^^.